Salah satu tradisi pernikahan yang kaya akan budaya adalah pernikahan adat Jawa. Di dalamnya terdapat banyak prosesi yang memiliki makna mendalam dalam mempersatukan pengantin pria dan wanita. Salah satu prosesi yang penting dalam pernikahan adat Jawa adalah sinduran. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi tentang apa itu sinduran, sejarah dan artinya dalam pernikahan adat Jawa, serta tahapan dan simbolisme di balik sinduran.
Apa itu Sinduran?
Sinduran, dalam konteks pernikahan adat Jawa, adalah suatu prosesi yang melibatkan kedua mempelai pria dan wanita. Prosesi ini dilakukan dengan membuka kain merah putih yang menghubungkan kedua mempelai di belakang mereka. Sinduran ini memiliki makna yang mendalam dalam membentuk ikatan suci dan persatuan antara mempelai pria dan wanita.
Sejarah dan Arti Sinduran dalam Pernikahan Adat Jawa
Sinduran memiliki sejarah panjang dalam pernikahan adat Jawa. Prosesi ini berasal dari tradisi zaman dahulu yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Sinduran memiliki arti penting dalam menghubungkan kedua mempelai dan membentuk ikatan yang kuat dalam pernikahan. Warna merah pada kain sinduran melambangkan keberanian dan cinta, sedangkan warna putih melambangkan kesucian dan kemurnian.
Tradisi dan Tahapan Sinduran
Pada pernikahan adat Jawa, terdapat beberapa tahapan dalam prosesi sinduran. Tahapan-tahapan tersebut mencerminkan tradisi dan adat yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam prosesi sinduran:
1. Upacara Penyerahan Sanggan
Tahap pertama dalam prosesi sinduran adalah upacara penyerahan sanggan. Pada tahap ini, sanggan yang berisi tangkep, sirih ayu, kembang telon, dan benang lawe diserahkan oleh pihak mempelai pria kepada orangtua mempelai wanita. Sanggan ini melambangkan permohonan restu dari orangtua mempelai wanita.
2. Upacara Balangan Gantal atau Lempar Sirih
Tahap selanjutnya adalah upacara balangan gantal atau lempar sirih. Pada tahap ini, gantal yang berisi bunga pinang, kapur sirih, gambir, dan tembakau dilemparkan antara mempelai pria dan wanita sebagai tanda persatuan dan kesepakatan dalam menjalani hidup bersama.
3. Upacara Menginjak Telur atau Ranupada
Tahap ketiga dalam sinduran adalah upacara menginjak telur atau ranupada. Pada tahap ini, pengantin pria dan wanita saling menyentuhkan telur di dahi dan kaki sebagai simbol bakti istri kepada suami.
4. Upacara Bergandungan Tangan Kanten Asto (Kanthen Asta)
Tahap selanjutnya adalah upacara bergandungan tangan kanten asto atau kanthen asta. Pada tahap ini, pengantin berdiri berdampingan dan mengaitkan jari kelingking mereka sebagai simbol pengikatan janji suci dan kebersamaan dalam pernikahan.
5. Upacara Selimut Slindur
Setelah itu, dilaksanakan upacara selimut slindur. Pada upacara ini, ibu pengantin wanita menyelimuti lengan pengantin pria dengan kain sindur sebagai simbol melindungi dan menjaga keharmonisan dalam pernikahan.
6. Upacara Pangkon, Timbangan atau Tanem Jero
Tahapan ini disebut upacara pangkon, timbangan atau tanem jero. Pada tahap ini, pengantin didudukkan di kursi pengantin sambil dipegang dan ditapuk oleh orangtua mempelai wanita sebagai tanda penerimaan dan keharmonisan dalam rumah tangga.
7. Upacara Kacar Kucur atau Tampa Kaya
Tahap berikutnya adalah upacara kacar kucur atau tampa kaya. Pada tahap ini, pengantin pria menuangkan isi kacar kucur ke pangkuan pengantin wanita sebagai simbol pemberian nafkah dalam rumah tangga.
8. Upacara Dulangan atau Dhahar Kalimah
Tahap kedelapan adalah upacara dulangan atau dhahar kalimah. Pada tahap ini, pengantin saling menyuapi nasi satu sama lain sebagai simbol kerukunan dan saling tolong menolong dalam pernikahan.
9. Upacara Bubah Kawahbatau Ngunjuk Rujak Degan
Tahap kesembilan adalah upacara bubah kawahbatau ngunjuk rujak degan. Pada tahap ini, pengantin dan orangtua mempelai wanita mencicipi minuman rujak degan sebagai simbol kebersamaan dan berbagi.
10. Upacara Mapag Besan
Tahap selanjutnya adalah upacara mapag besan, di mana orang tua mempelai pria menjemput pengantin wanita setelah prosesi sinduran.
11. Upacara Sungkeman atau Pangabekten
Tahap terakhir dalam sinduran adalah upacara sungkeman atau pangabekten. Pada tahap ini, mempelai bersembah sujud kepada orangtua mereka untuk memohon doa restu dan maaf.
Simbolisme di Balik Sinduran
Sinduran memiliki berbagai simbolisme yang mendalam dalam pernikahan adat Jawa. Kain merah putih yang menghubungkan kedua mempelai melambangkan kesatuan, persatuan, dan cinta yang tak terpisahkan. Sinduran juga melambangkan penghormatan dan permohonan restu kepada orang tua mempelai wanita. Selain itu, sinduran juga menunjukkan bahwa mempelai pria dan wanita telah memasuki fase hidup yang baru, di mana mereka saling melengkapi dan menghadapi segala rintangan bersama-sama.
Sinduran dalam Konteks Modern
Meskipun pernikahan adat Jawa mengalami perkembangan seiring waktu, sinduran tetap menjadi bagian yang penting dalam pernikahan adat Jawa hingga saat ini. Beberapa pasangan memilih untuk memodifikasi prosesi sinduran sesuai dengan keinginan mereka. Ada yang mengubah warna kain atau menambahkan aksesori modern ke dalam sinduran. Namun, makna dan simbolisme sinduran tetap utuh dan mempersatukan kedua mempelai dalam ikatan pernikahan.
Sinduran merupakan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi dan tetap mempertahankan keaslian dan maknanya hingga saat ini. Meskipun pernikahan adat Jawa terus berkembang seiring perubahan zaman, sinduran tetap menjadi momen yang tak ternilai harganya.
Pertanyaan Umum tentang Sinduran
1. Apakah sinduran hanya dilakukan dalam pernikahan adat Jawa?
Meskipun sinduran berasal dari tradisi pernikahan adat Jawa, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan prosesi pernikahan yang unik.
2. Apa makna dari simbolisme kain merah putih dalam sinduran?
Kain merah putih melambangkan keberanian, cinta, kesucian, dan kemurnian antara pengantin pria dan wanita.
3. Bisakah sinduran dimodifikasi sesuai dengan keinginan pengantin?
Tentu saja, beberapa pasangan memilih untuk memodifikasi prosesi sinduran sesuai dengan keinginan mereka, tetapi tetap menjaga makna utama yang ada.
4. Apa yang dilakukan setelah prosesi sinduran selesai dalam pernikahan adat Jawa?
Biasanya setelah prosesi sinduran selesai, dilanjutkan dengan acara resepsi pernikahan yang melibatkan makanan dan hiburan bagi para tamu undangan.
5. Apakah pernikahan adat Jawa hanya dilakukan di Pulau Jawa?
Meskipun pernikahan adat Jawa dapat dilakukan di mana saja, kebanyakan pernikahan adat Jawa dilakukan di Pulau Jawa karena merupakan daerah asal budaya Jawa.
Itu tadi penjelasan tetang sinduran untuk kamu yang ingin melangsungkan pernikahan adat Jawa. Nah, jika kamu dan pasangan berencana untuk melangsungkan pernikahan adat Jawa tapi masih bingung menyusun acaranya dan mencari venue juga vendor-vendor lainnya, tidak ada salahnya jika kamu pilih all-in wedding package dari Yes I Do. Sesuai dengan namanya, paket pernikahan lengkap ini sudah termasuk venue, wedding planner/oraganizer dan vendor penting lainnya.
Terus, pastinya, all-in wedding package dari Yes I Do ini juga terjangkau, jadi kamu dan pasangan bisa mewujudukan pernikahan impian kalian dengan budget yang ramah. Jadi, langsung saja hubungi tim Yes I Do di sini untuk bisa berkonsultasi secara gratis tentang rencana dan kebutuhan pernikahanmu, ya!
Comments