top of page
Mia

Panduan Lengkap Pernikahan Adat Mandailing


adat perkawinan mandailing
Sumber IDN Times/Focus

Pernikahan adat Mandailing adalah pernikahan tradisional suku Mandailing di Sumatra Utara. Berbeda dengan pernikahan adat Batak, prosesi pernikahan adat Mandailing lebih banyak dipengaruhi oleh budaya Islam.

Sebagian besar orang Mandailing tinggal di selatan Provinsi Sumatra Utara. Jadi mereka di bawah pengaruh suku Minangkabau yang mayoritas Muslim. Sedangkan sebagian kecilnya menetap di Selangor dan Perak, Malaysia.

Nah, dalam tradisi adat perkawinan Mandailing, suku ini menganut falsafah dalihan na tolu yang terdiri dari kahanggi, anak boru dan mora. Berikut penjelasan selengkapnya!

Pernikahan Adat Mandailing Menganut Falsafah Dalihan Na Tolu

Kahanggi

Kahanggi merupakan kependekan dari manat manat markahanggi yang berarti perhatian. Jadi nilai ini menggambarkan betapa pentingnya saling memperhatikan dan mendukung satu sama lain dalam masyarakat atau keluarga.

Anak Boru

Anak boru atau elek maranak boru berarti kebijaksanaan terhadap anak boru. Ada pun yang dimaksud anak boru di sini, yaitu garis keturunan dari orang yang mempersunting saudara perempuan kita atau saudara perempuan dari ayah.

Mora

Mora atau hormat tu mora adalah keturunan saudara laki-laki ibu kita. Di sini  mora diberikan penghormatan yang tinggi. Alasannya mereka dianggap memberikan yang paling berharga, yaitu anak perempuan atau gadis (jagar jagar).

Itulah tiga nilai dalihan na tolu yang dipegang teguh oleh orang-orang Mandailing. Maka tak mengherankan, dalam pemilihan pasangan mereka melibatkan peran keluarga dan adat sebelum mengikat janji suci.

Lalu, apa saja rangkaian acara dalam adat perkawinan Mandailing?

Rangkaian Acara Adat Perkawinan Mandailing

Pra-nikah

Manyapai Boru

Pada proses pernikahan adat apa pun mulai dari pernikahan adat Bali, pernikahan adat Aceh dan lain sebagainya, masa pendekatan adalah proses penting. Nah, dalam pernikahan adat Mandailing ini disebut manyapai boru.

Apabila si boru na ni oli atau calon mempelai perempuan memberikan respon positif kepada bayo pangoli atau calon mempelai laki-laki. Maka proses akan dilanjutkan ke tahap berikutnya yang disebut mangaririt boru.

Mangairirit Boru

Mangaririt boru adalah proses pernikahan Mandailing yang melibatkan orang tua calon mempelai laki-laki. Jadi, pihak keluarga akan mencari tahu seluk-beluk sang perempuan idaman si anak laki-lakinya.

Tujuannya untuk menghindari salah pilih orang yang tak jelas bibit bebet dan bobotnya. Jika orang tua sudah merasa cocok, maka barulah calon mempelai laki-laki datang ke kediaman perempuan untuk menanyakan kesediaannya.


Paket Exclusive Kami



Padamos Hata

Usai mangaririt boru masih ada proses di mana keluarga calon mempelai laki-laki mendatangi kediaman calon mempelai perempuan. Sekali lagi, si pihak laki-laki datang untuk mendapatkan jawaban yang lebih mantap.

Jika semuanya sudah jelas, maka kedua belah pihak akan membahas beberapa hal. Contohnya seperti kapan waktu yang tepat untuk melamar, serta syarat apa saja yang harus disanggupi pihak keluarga pria. Nah, inilah yang disebut dengan padamos hata.

Patobang Hata

Patobang hata bisa dibilang prosesi melamar setelah melalui proses mangaririt boru dan padamos hata. Kali ini calon mempelai laki-laki dan keluarganya datang untuk melakukan proses lamaran sesungguhnya.

Pihak keluarga laki-laki harus datang membawa “salipi” (kantung yang berisi kapur sirih, pinang dibelah, gambir, burangir, dan tembakau). Ini diserahkan kepada pihak keluarga perempuan sambil berdiskusi hal-hal terkait pernikahan.

Manulak Sere

Manulak sere adalah penyerahan mas kawin/hantaran yang wajib. Apa saja yang diserahkan dalam rangkaian acara pernikahan adat Mandailing ini disesuaikan dengan kesepakatan sebelumnya.

Pihak keluarga laki-laki biasanya memberikan sere atau hantaran berupa silua (oleh-oleh) dan batang boban (berupa barang berharga). Ini diberikan sebagai tanda adanya ikatan antara kedua belah pihak keluarga.

Mangalehen Mangan Pamunan

Dalam tradisi Mandailing, gadis yang akan dinikahi kelak akan ikut bersama suami meninggalkan rumah orang tuanya. Jadi, diadakanlah acara makan bersama (mangalehen mangan pamuan) sebelum melepaskan kepergian anak.

Acara makan bersama ini bukan hanya melibatkan keluarga inti saja. Biasanya orang Mandailing mengadakan mangalehen mangan pamunan secara besar-besaran. Mengundang kerabat dan teman-teman dekat calon pengantin.

Horja Haroan Boru

Sementara itu, horja haroan boru adalah upacara adat pra perkawinan yang dilaksanakan di rumah pihak laki-laki sebelum melaksanakan horja godang (pesta besar).

Setelah melaksanakan upacara adat, calon pengantin laki-laki akan menari tor-tor sebelum pergi meninggalkan kedua orang tuanya. Tarian ini melambangkan ucapan perpisahan seorang anak kepada ayah dan ibunya untuk hidup mandiri.

Market Haroan Boru

Market haroan boru adalah rangkaian acara yang paling dekat ke hari pernikahan. Pada proses ini, keluarga akan bermusyawarah (marpokat) untuk berbagi tugas selama pernikahan adat berlangsung.

Ini merupakan wujud gotong royong, kesatuan dalam nilai-nilai dalihan na tolu. Namun apabila menikah dengan bantuan wedding planner dan wedding organizer, pembagian tugas bisa diserahkan langsung kepada mereka.

Rangkaian Acara Pernikahan

Mangalo-Alo Boru dan Manjagit Boru

Setelah pasangan sah menjadi suami istri, mereka harus melalui proses mangalo-alo dan manjagit boru. Jadi kedua mempelai berjalan menuju rumah sambil diarak oleh pasukan berikut.

  • Dua orang yang melakukan pencak silat.

  • Pembawa tombak.

  • Pembawa payung.

  • Barisan keluarga pengantin laki-laki dan perempuan.

  • Iringan penabuh.

Setelah itu, keluarga besar pengantin akan mangalehen mangan (makan bersama) untuk menyantap makanan yang dibawa. Acara dilanjutkan dengan pemberian pesan dari tetua adat kepada kedua mempelai. Selanjutnya rombongan menuju tempat pesta.

Panaek Gondang

Panaek gondang adalah prosesi memainkan gordang sambilan yang sangat dihormati oleh masyarakat Mandailing. Sebelum membunyikan gordang, harus meminta izin terlebih dahulu, barulah alat itu dimainkan.

Gordang sambilan ditabuh seiring markobar (pembicaraan) yang dihadiri suhut dan kahangginya, anak boru, penabuh gondang, namora natoras dan raja-raja adat. Acara ini pun diselingi oleh tari sarama serta tor-tor.

Mata Ni Horja

Mata ni horja adalah puncak upacara adat yang dilaksanakan di rumah suhut (kelompok keluarga). Pada pagi hari sebelum mata ni horja dimulai, semua disibukkan dengan mempersiapkan bangku dan meja serta mempersiapkan hidangan makanan untuk para undangan.

Sesudah acara ini selesai, pengantin dan rombongannya harus mempersiapkan diri. Mengingat ritual pernikahan adat Mandailing berikutnya adalah membawa pengantin ke tapian raya bangunan.

Membawa Pengantin ke Tapian Raya Bangunan

Membawa pengantin ke tapian raya bangunan merupakan rangkaian acara pernikahan Mandailing yang syarat akan makna. Ini dilakukan dengan harapan pengantin membuang sifat kurang baik yang ada ketika masih lajang.

Membawa pengantin ke tapian raya bangunan dilakukan dengan mencampurkan jeruk purut dan air. Kemudian, kedua mempelai akan dipercikan air tersebut menggunakan daun lenjuhang (seikat daun-daunan berwarna hijau).

Mangalehen Gorar (Menabalkan Gelar Adat)

Orang Mandailing melakukan mangalehen gorar untuk menabalkan gelar adat kepada bayo pangoli. Namun sebelum memutuskan gelar apa yang cocok, mereka akan berunding terlebih dahulu.

Nah, gelar adat sendiri diperoleh mengikuti garis dari kakeknya, bukan mengambil garis keturunan dari orang tua. Selanjutnya, ritual pernikahan adat Mandailing yang terakhir adalah Mangupa.

Mangupa

Mangupa, yaitu menyampaikan pesan adat kepada kedua mempelai, bayo pangoli dan boru na ni oli. Ini dilaksanakan sebagai wujud kegembiraan, karena sudah selesai melaksanakan semua rangkaian acara dan sah menjadi pasangan suami istri.

Baju Pernikahan Adat Mandailing

baju pernikahan adat mandailing

Keunikan Baju Pernikahan Adat Mandailing

Baju pengantin adat Mandailing memiliki ciri khas yang membedakannya dari daerah lain. Pengantin pria dan wanita tampil dengan busana yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan filosofi Dalihan Na Tolu.


Pengantin Pria:

  • Ulos Simanuk-Manuk Hasibuan dan Ulos Bintang Marudur: Pengantin pria mengenakan Ulos di bahu kanan dan kiri sebagai simbol harapan kehidupan pernikahan yang penuh berkah dan kebahagiaan.

  • Baju Kurung Hitam: Di bawah Ulos, pengantin pria memakai Baju Kurung berwarna hitam yang melambangkan keseriusan dan tanggung jawab.

  • Songket: Sepanjang betis kaki dililitkan Songket berwarna merah, kuning, atau hijau yang melambangkan kemakmuran dan kekayaan.

  • Tongkat: Tongkat kayu berukir melambangkan kepemimpinan dan kewibawaan.


Pengantin Wanita:

  • Ulos Hasibuan Bolon dan Ulos Ragihotang: Pengantin wanita mengenakan Ulos di bagian dada dan belakang sebagai simbol harapan menjadi istri yang setia dan penyayang.

  • Baju Kebaya Kuning Keemasan: Baju Kebaya melambangkan kecantikan dan keanggunan pengantin wanita.

  • Selendang Merah: Selendang melambangkan kesetiaan dan pengabdian.

  • Rok Panjang Kuning Keemasan: Rok melambangkan kesopanan dan kesucian.

  • Perhiasan Emas: Perhiasan melambangkan kekayaan dan kemakmuran.


Aksesoris Pelengkap untuk Baju Penrikahan Adat Mandailing:

  • Sampul Kuning Keemasan: Sampul di kepala melambangkan kehormatan dan kemuliaan.

  • Mahkota Hitam untuk Pengantin Pria: Mahkota melambangkan kewibawaan dan kepemimpinan.

  • Ikat Pinggang Merah: Ikat pinggang melambangkan persatuan dan kesatuan.


Makna Mendalam di Balik Keindahan Baju Pernikahan Adat Mandailing

Setiap elemen dalam baju pernikahan adat Mandailing memiliki makna simbolis yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan filosofi Dalihan Na Tolu. Ulos melambangkan harapan dan doa, Baju Kurung dan Kebaya melambangkan keseriusan dan tanggung jawab, Songket melambangkan kemakmuran, Tongkat melambangkan kepemimpinan, Selendang melambangkan kesetiaan, Rok melambangkan kesopanan, Perhiasan melambangkan kekayaan, Sampul melambangkan kehormatan, Mahkota melambangkan kewibawaan, dan Ikat Pinggang melambangkan persatuan.


Perpaduan Tradisi dan Modernitas

Seiring perkembangan zaman, desain baju pernikahan adat Mandailing mulai mengalami variasi dan modifikasi. Sentuhan modernitas diaplikasikan tanpa menghilangkan makna dan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Hal ini terlihat dari penggunaan bahan-bahan yang lebih modern, seperti satin dan brokat, serta variasi model yang lebih beragam.


Nah, untuk kamu yang sedang mempersiapkan pernikahan dan masih bingung tentang venue pernikahan atau pun vendor pernikahan lainnya, tidak ada salahnya jika kamu mempertimbangkan untuk menggunakan all-in wedding package dari Yes I Do. Paket pernikahan lengkap dari Yes I Do ini sangatlah terjangkau dan anti-ribet. Dijamin akan membuat persiapan pernikahanmu jadi less stressful.


Untuk itu, tidak perlu ragu dan langsung klik di sini untuk menghubungi tim Yes I Do dan melakukan konsultasi gratis atau bertanya lebih lanjut. Tim Yes I Do akan siap membantumu memuwujudkan pernikahan impianmu dengan budget yang lebih terjangkau namun tetap berkualitas tinggi.




Comments


Wujudkan pernikahan impianmu

oranment-ring.png

Temukan inspirasi pernikahan, vendor, dan venue dengan harga terbaik.

Berhasil submit nomor handphone. Terima kasih.
Nomor handphone tidak boleh kosong
bottom of page