Keraton Kasepuhan Cirebon hingga saat ini masih mempertahankan nilai budaya dan adat yang mereka miliki. Salah satunya adalah pernikahan adat Cirebon yang terdiri dari rangkaian acara seremonial dengan perpaduan budaya Sunda dan Islam.
Berlokasi di pesisir utara perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, Cirebon merupakan salah satu pusat perkembangan Islam di Pulau Jawa. Karena itulah budaya dan tradisinya sangat terpengaruh oleh nilai-nilai Islam. Namun, tentu tetap ada sentuhan budaya Sunda yang memberi keunikan tersendiri di dalamnya.
Dalam hal pernikahan, unsur Islami terlihat dari adanya pengajian dalam rangkaian acara. Tidak hanya itu, prinsip acara pernikahan adat Cirebon adalah mengedepankan kesederhanaan untuk menghindari riya atau sikap ingin dipuji. Sementara nilai-nilai Sunda terlihat dari banyak aspek, salah satunya adalah penggunaan bahasa Sunda yang kental dalam setiap rangkaian acara.
Nah, untuk memahami pesona pernikahan adat Cirebon lebih lanjut, kamu harus mempelajari rangkaian acaranya dari sebelum pernikahan, ketika pernikahan berlangsung, serta setelah pernikahan. Berikut penjelasan selengkapnya dilansir dari berbagai sumber.
Baca juga: Urutan Wali NIkah Wanita dalam Islam
Rangkaian Pernikahan Adat Cirebon
1. Njegog atau Tetali
Prosesi pertama dari pernikahan adat Cirebon adalah njegog atau tetali atau melamar. Ini merupakan momen ketika utusan pihak pria datang ke rumah orang tua pihak perempuan untuk menyampaikan keinginannya meminak anak mereka.
Setelah maksud kedatangan disampaikan, ibu pihak perempuan akan memanggil anaknya untuk menanyakan ketersediaan. Lalu, perempuan yang dipinang akan memberikan jawaban di hadapan utusan pihak pria. Apabila lamaran diterima, kedua belah pihak akan langsung berdiskusi untuk menentukan hari pernikahan.
2. Seserahan
Tidak berselang lama dari momen njegog, pihak pria akan kembali datang untuk mengantarkan seserahan. Ini biasanya dilakukan oleh orang tua pihak pria dan rombongan keluarga. Adapun seserahan dalam tradisi Cirebon biasanya berupa buah-buahan, umbi-umbian, sayur-mayur, serta mas picis yaitu mas kimpoi berupa perhiasan dan uang.
3. Siram Tawandari
Rangkaian selanjutnya dari pernikahan adat Cirebon adalah siram tawandari, yakni siraman untuk kedua calon pengantin. Calon pengantin akan mengenakan sarung batik bernama kain wadasan berwarna hijau. Lalu, juru rias akan membawa keduanya masuk ke tempat siraman (cungkup) diiringi orangtua dan sesepuh. Selama proses ini akan terdengar iringan gending nablong sebagai musik pengiring.
Prosesi ini dimulai dengan membalurkan ulur di dada dan punggung mempelai. Kemudian, orang tua dan sesepuh bergantian membasuhkan air ke area tersebut. Setelah selesai, air berkas siraman akan dipercikkan ke anak gadis dan jejaka yang hadir sebagai bentuk doa agar mereka lekas mengikuti jejak calon pengantin.
4. Parasan
Upacara kemudian dilanjutkan dengan acara parasan alias memaras. Juru rias akan membantu calon pengantin wanita untuk ngerik atau membuang rambut halus pada wajah didampingi oleh orangtua dan para kerabat. Proses ini akan diiringi dengan musik karawitan moblong untuk menandakan calon pengantin murub mancur bagaikan bulan purnama.
5. Ziarah ke Astana Gunung Jati
Apabila calon pengantin merupakan keturunan keraton Cirebon, maka mereka harus melakukan ziarah ke Astana Gunung Jati. Kunjungan ke makam Sunan Gunung Jati dan leluhur raja-raja Cirebon ini bertujuan untuk mendapatkan restu serta menyiratkan rasa hormat kepada mereka yang telah tiada.
6. Tenteng Pengantin
Untuk mengawali hari pernikahan adat Cirebon, keluarga pihak perempuan akan mengirimkan utusan untuk menjemput calon mempelai pria. Ini dilakukan dengan maksud menenteng alias membawanya, karena itu pihak orang tua mempelai pria tidak boleh ikut.
Setibanya di tempat akad, mempelai pria akan disambut dengan menutupkan kain milik ibu pengantin wanita. Lalu, ijab kabul akan berlangsung dan ia resmi menjadi menantu. Baru setelah itulah kain akan diambil kembali sebagai tanda ia sudah mandiri, tidak lagi menjadi tanggung jawab kedua orangtuanya.
7. Salam Temon
Seusai ijab kabul, pengantin akan dibawa ke teras rumah atau ambang pintu gedung untuk menjalani prosesi injak telor. Dalam prosesi ini akan digunakan alat berupa pipisan atau batu persegi panjang yang dibungkus kain putih.
Pengantin pria akan menginjak telur, lalu pengantin wanita melakukan sungkem serta membasuh kaki suaminya. Ini menandakan perubahan status seorang pria menjadi kepala keluarga yang harus dihormati serta simbol pengabdian seorang istri yang penuh cinta kasih.
Sebagai catatan, apabil pengantin berasal dari keluarga berada, ketika prosesi salam temon akan ada acara lainnya, yakni gelondongan pangareng. Ini merujuk pada pembawaan upeti berupa barang atau harta yang lengkap.
8. Sawer atau Surak
Acara selanjutnya dalam pernikahan adat Cirebon adalah sawer atau surak. Ini dilakukan dengan melemparkan uang receh yang bercampur dengan beras kuning dan kunyit ke arah tamu undangan. Prosesi sawer merupakan ungkapan rasa bahagia orang tua atas pernikahan anak mereka serta doa agar mereka mendapat limpahan rezeki, saling menghormati, dan hidup dengan harmonis.
9. Pugpugan Tawur
Pugpugan tawur adalah proses di mana pengantin akan berada dalam posisi jongkok dan kepalanya ditaburi pugpugan oleh juru rias. Adpaun pugpugan terbuat dari welit, yaitu ilalang atau daun kelapa yang sudah lapuk.
Tujuan prosesi ini adalah agar pernikahan dapat awet seperti welit yang terikat erat meski sudah lapuk. Tidak hanya itu, harapannya kedua mempelai dapat memanfaatkan rezeki yang mereka dapat sebaik mungkin.
Selesai acara, pengantin akan menuju ke pelaminan. Lalu, kerabat pengantin wanita menjemput orang tua pengantin pria untuk turut naik ke pelaminan mendampingi mereka.
10. Adep-adep Sekul
Adep-adep sekil atau makan nasi ketan kuning dengan dipimpin oleh juru rias. Nasi ketan kuning ini bentuknya bulat kecil dan berjumlah 13 butir. Orang tua penganti wanita akan menyuapi pengantin sebanyak empat butir, lalu dilanjurkan oleh orang tua pengantin pria sebanyak empat butir pula.
Setelah itu, kedua pengantin akan bergantian saling menyuapi empat butir nasi ketan kuning. Sementara sisanya satu butir lagi untuk diperebutkan kedua mempelai. Siapa yang mendapatkannya dipercaya akan mendapatkan rezeki paling banyak.
Namun, nasi terakhir tersebut tetap harus dimakan bersama untuk menandakan bahwa rezeki suami maupun istri adalah milik bersama. Ini juga mengandung harapan agar kehidupan pernikahan mereka berjalan rukun antara pasangan, orang tua, dan mertua.
11. Sembah Sungkem
Prosesi berikutnya dalam pernikahan adat Cirebon adalah sembah sungkem kepada orang tua dengan cara mandap atau berjongkok. Ini mencerminkan rasa hormat dan terima kasih kedua mempelai terhadap orang tua mereka atas kasih sayang serta bimbingan yang selama ini diberikan. Di momen ini juga pengantin dapat memohon restu untuk membina rumah tangga bersama pasangan mereka.
Setelah acara sungkem, akan terdengar kidung Kinanti mengalun mengisi ruangan. Kidung ini mengandung harapan agar pengantin dapat menjalankan bahtera rumah tangga yang seia, sekata, sehidup, dan semati.
12. Pemberian Doa Restu, Ucapan Selamat, dan Hiburan
Rangakain acara terkahir dalam pernikahan adat Cirebon adalah kedua pengantin akan mendapatkan doa restu dari orang tua. Lalu, acara dilanjutkan dengan pemberian ucapan selamat berbahagia dari sanak kerabat serta tamu undangan yang hadir. Selama prosesi ini juga biasanya akan ada acara hiburan berupa tarian tradisional, yakni tari topeng, tari bedoyo, dan tari tayub.
Baca juga: Syarat Wali Nikah dalam Islam
Simbol dan Makna Mendalam dalam Pernikahan Adat Cirebon
Pernikahan adat Cirebon merupakan salah satu tradisi budaya terkaya di Indonesia, sarat dengan simbol dan makna mendalam yang mencerminkan nilai-nilai luhur dan filosofi kehidupan masyarakat Cirebon. Setiap tahapan prosesi pernikahan, mulai dari persiapan hingga resepsi, mengandung berbagai simbol yang sarat makna, menjadikannya sebuah pengalaman budaya yang tak terlupakan bagi pengantin dan para tamu undangan.
1. Busana Pengantin
Warna: Pengantin pria mengenakan beskap berwarna biru tua melambangkan keagungan dan kewibawaan, sedangkan pengantin wanita menggunakan kebaya berwarna putih melambangkan kesucian dan kelembutan. Perpaduan warna ini menunjukkan keseimbangan dan keserasian dalam pernikahan.
Kerudung: Pengantin wanita memakai kerudung panjang yang melambangkan kepatuhan dan penghormatan kepada suami dan orang tua.
Perhiasan: Berbagai perhiasan yang dikenakan, seperti kalung, gelang, dan cincin, memiliki makna simbolis. Kalung melambangkan ikatan pernikahan yang abadi, gelang melambangkan kesuburan dan kemakmuran, dan cincin melambangkan komitmen dan kesetiaan.
2. Upacara Adat
Pasanggiri: Tradisi ini merupakan adu kesenian antara keluarga pengantin pria dan wanita, melambangkan semangat pantang menyerah dan upaya mencapai keselarasan dalam pernikahan.
Siraman: Prosesi ini memandikan pengantin dengan air yang telah dicampur dengan berbagai bunga dan rempah-rempah, melambangkan pembersihan diri dan persiapan untuk memulai kehidupan baru yang suci.
Ngalangsungkeun: Pengantin diantar ke pelaminan dengan dipayungi payung adat, melambangkan perlindungan dan doa restu dari keluarga dan leluhur.
Resepsi: Perjamuan makan bersama para tamu undangan melambangkan rasa syukur dan berbagi kebahagiaan atas pernikahan yang telah terjalin.
3. Seserahan
Beras kuning: Melambangkan kemakmuran dan kesuburan bagi pasangan pengantin.
Buah-buahan: Beragam jenis buah melambangkan harapan agar pernikahan dikaruniai anak-anak yang berbakti dan sukses.
Peralatan rumah tangga: Melambangkan kesiapan pasangan untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang mandiri.
4. Tradisi Lainnya
Menginjak telur: Pengantin wanita menginjak telur melambangkan keteguhan dan tekad untuk membangun rumah tangga yang kokoh.
Menabur uang receh: Pengantin menabur uang receh kepada anak-anak melambangkan harapan agar kelak mereka dikaruniai banyak keturunan.
Perlu diingat bahwa makna simbol dan tradisi dalam pernikahan adat Cirebon dapat berbeda-beda antar keluarga dan daerah. Namun, secara keseluruhan, pernikahan adat Cirebon merupakan sebuah perayaan budaya yang sarat makna dan nilai-nilai luhur, menjadikannya warisan budaya yang tak ternilai bagi masyarakat Cirebon dan Indonesia.
Baca juga: Susunan Acara Pernikahan Adat Sunda
Begitulah rangkaian acara dalam pernikahan adat Cirebon yang memadukan unsur budaya dan agama. Apabila kamu dan pasangan tertarik untuk melakasanakan pernikahan adat Cirebon, tim dari Yes I Do bisa membantumu untuk mewujudkannya. Kamu bisa menggunakan all-in wedding package dari Yes I Do. Paket pernikahan lengkap dari Yes I Do ini sangatlah terjangkau dan anti-ribet. Dijamin akan membuat persiapan pernikahanmu jadi less stressful.
Untuk itu, tidak perlu ragu dan langsung klik di sini untuk menghubungi tim Yes I Do dan melakukan konsultasi gratis atau bertanya lebih lanjut. Tim Yes I Do akan siap membantumu memuwujudkan pernikahan impianmu dengan budget yang lebih terjangkau namun tetap berkualitas tinggi.
Comments