Masyarakat Sulawesi Selatan, salah satunya suku Bugis Makassar sangat menjaga kelestarian budaya mereka. Ini ditunjukkan melalui prosesi pernikahannya. Rangkaian prosesi pernikahan adat Bugis cukup panjang dan sangat sakral. Pasalnya setiap ritualnya merupakan bentuk syukur kepada Tuhan sekaligus permintaan restu dan penghormatan ke orang tua.
Mengingat prosesnya yang panjang, pernikahan dengan adat Bugis cenderung memakan biaya yang lumayan besar, sehingga calon pengantin harus memperhitungkan setiap biaya dan cara mengumpulkannya agar acara berjalan lancar dan sesuai adat. Selain mahar berupa emas, calon pengantin pria juga wajib memberikan uang panai, yaitu uang yang akan digunakan untuk prosesi pernikahan.
Ini rangkaian prosesi pernikahan adat Bugis yang penuh makna
Bagaimana prosesi pernikahan adat Bugis? Ada beberapa langkah yang akan dijalankan oleh pengantin, dan dibagi menjadi sebelum menikah, saat menikah, dan setelah acara pernikahan.
1. Mammanu-Manu
Proses Mammanu-Manu dilakukan sebelum pernikahan, dan dianggap sebagai proses pendekatan atau penjajakan. Proses ini untuk memastikan pihak perempuan bersedia untuk menikah dan belum ada yang mempersunting. Jika bersedia, maka pihak pria akan meminta izin kepada orang tua calon mempelai wanita yang disebut Madduta. Di sini juga dibahas besarnya mahar dan uang panai.
2. Mappasiarekeng
Yaitu mengukuhkan kembali apa yang sudah disepakati kedua pihak dan biasanya dihadiri para sesepuh. Di sini juga ditentukan pelaksaanaan Mappettu Ada atau lamaran resmi.
3. Mappettu Ada
Setelah lamarannya diterima, proses selanjutnya adalah Mappettu Ada, yaitu bertujuan untuk mengumumkan tanggal pernikahan, mahar, besarnya uang panai. Di prosesi ini juga pihak pria sudah memberikan perhiasan sebagai hantaran bagi perempuan yang disuntingnya, sekaligus menandakan lamaran ini diresmikan.
4. Mappasau Botting dan Cemme Pasilli
Inilah ritual awal menjelang pernikahan. Usai undangan disebar, calon pengantin melakukan Mappasau Botting atau perawatan bagi calon pengantin. Mappasau Botting dilakukan tiga hari berturut-turut sebelum hari pernikahan.
Pengantin akan menjalani perawatan tradisional seperti ripasau atau mandi uap, menggunakan bedak hitam atau lulur yang terbuat dari asam Jawa, beras ketan, dan jeruk nipis.
Khusus untuk calon pengantin perempuan akan dipingit selama tiga hari sebelum akad nikah. Ritual ini dinamakan Rippalekke.
Proses perawatan untuk pengantin ini ditutup dengan Cemme Pasilli atau mandi tolak bala. Tujuannya meminta perlindungan dari Tuhan dari segala bahaya sehingga acara berjalan lancar. Mandi tolak bala ini dilakukan di pagi hari saat hari pernikahan.
5. Mappanre Temme
Ritual ini sebenarnya juga mayoritas dilakukan oleh calon pengantin beragama Islam. Mappanre Temme adalah ritual khatam Al-Qur’an serta memohon doa kepada Tuhan agar pernikahan dan kehidupan rumah tangga berjalan lancar. Mappanre Temme dilakukan sore hari, satu hari menjelang pernikahan. Acara ini diadakan di rumah salon pengantin dengan disuguhkan kue-kue tradisional Bugis untuk para tamu.
6. Mappacci
Acara ini berupa memberikan daun pacar ke calon pengantin sebagai bentuk doa restu. Orang yang diundang untuk memberikannya adalah kenalan calon pengantin dan keluarganya yang pernikahannya bahagia dan memiliki kedudukan sosial yang bagus. Tujuannya agar calon pengantin bisa mengikuti jejak pasangan tersebut.
7. Mappasili
Sama seperti adat Jawa dan beberapa adat lainnya, pernikahan adat Bugis juga disertai siraman bagi calon pengantin. Prosesi ini dinamakan Mappasili dan bertujuan sebagai tolak bala serta membersihkan calon pengantin. Air siraman berasal dari tujuh mata air, lalu air diisi tujuh macam bunga, dan ditambahkan koin.
Koin ini nantinya diberikan kepada saudara calon pengantin yang belum menikah agar mudah mendapatkan jodoh. Saudara calon mempelai yang belum menikah juga akan mendapatkan siraman sesudahnya sebagai ritual agar mendapatkan jodoh setelahnya.
8. Mappenre Botting
Mappenre botting adalah ritual mengantar pengantin pria ke rumah pengantin perempuan. Pengantin pria diantar tanpa kehadiran orangtuanya. Iring-iringan ini terdiri dari para pendamping mempelai.
9. Madduppa Botting
Adalah pihak perempuan yang mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan pihak pria, seperti penyambutan.
10. Mappasikarawa
Proses ini usai akad nikah, yaitu mempelai pria akan dibimbing masuk ke dalam kamar pengantin untuk bertemu dengan mempelai perempuan secara resmi. Sebelumnya, akan ada ritual ketuk pintu untuk minta izin keluarga mempelai perempuan untuk masuk.
Mappasikarawa sebenarnya adalah bentuk sentuhan pertama dari suami kepada istrinya. Sentuhannya di pundak, melambangkan hubungan yang sejajar antar suami dan istri. Lalu, sentuhan di atas kepala, dada, dan perut. Lalu, dilanjutkan dengan pemakaian sarung yang setelahnya dijahit, sebagai tanda hubungannya akan terus bersatu.
11. Mellau Addampeng
Dalam adat Jawa ritual ini dinamakan sungkeman, yaitu memohon maaf dan doa restu dari orang tua agar pernikahannya bahagia. Sesudahnya, kedua mempelai akan diantar ke pelaminan untuk duduk dan disaksikan tamu yang datang.
12. Mapparola
Setelah rombongan pengantar pengantin pria pulang, kali ini pihak perempuan dan rombongannya akan mengantar pengantin untuk menemui mertuanya di rumah pengantin pria. Rombongan akan membawa kain tenun dan kue khas Bugis. Saat di rumah pengantin pria, mereka akan kembali melakukan sungkeman kepada pihak keluarga yang dituakan.
13. Mallluka Botting
Dalam prosesi ini, kedua pengantin mengganti baju pengantinnya dengan kemeja putih dan celana panjang hitam serta peci untuk pria, dan pengantin perempuan menggunakan rok panjang, kebaya, dan kerudung. Hal ini dilakukan saat tiba di rumah keluarga perempuan setelah acara selesai.
14. Ziarah dan Massita Beseng
Sehari setelah acara pernikahan, kedua pengantin dan keluarga melakukan ziarah ke makam leluhurnya untuk mengucapkan syukur atas acara pernikahan yang berjalan lancar. Lalu bersama keluarga juga melakukan Massita Beseng, yaitu berkumpul di rumah keluarga perempuan agar silaturahmi selalu terjalin.
Itulah prosesi pernikahan adat Bugis yang penuh makna. Jika kamu akan menikah dalam adat tersebut, jangan lupa untuk mempersiapkan semua keperluannya jauh-jauh hari agar pernikahan berjalan lancar.
Comments